Jangan pernah bosan menjadi orang baik. Terus bermimpi, belajar, dan latihan
Selalu percaya dengan mimpi.
Sebuah kegagalan tak akan memadamkan api kehidupan selama kau terus bermimpi. Aku berlanjut berjuang dan memperbaiki kekuranganku. Aku memutuskan untuk mengikuti kelas di salah satu tempat bimbingan belajar dekat rumah. Aku masuk ke kelas alumni yang mana dipenuhi oleh orang-orang hebat pejuang mimpi dan tak dikalahkan oleh kegagalan kemarin. Kita semua percaya bahwa kita masih berhak untuk berhasil. Hampir semua temanku rajin mengadakan belajar bareng setelah kelas bahkan ada yang sampai tempat bimbel akan tutup. Tapi, aku lebih menjadi anak rumahan yang lebih menyukai belajar di rumah sendiri. Sebenarnya, aku sangat ingin bisa bergabung untuk belajar bersama semua temanku, tapi aku adalah orang yang masih sulit untuk beradaptasi. Hingga akhir masa bimbel pun, aku masih belum bisa berteman dengan semua orang di bimbel.
Untuk meraih mimpi, kita harus mampu melepaskan hal yang disukai. Dalam masa gap year, aku hampir tidak pernah bermain dengan semua temanku. Bahkan, teman dekatku semasa sekolah pun tidak. Hingga akhirnya, aku merasa bahwa aku sudah mulai dilupakan oleh teman sekolah. Awalnya, aku menangis, tapi mama menguatkanku bahwa aku akan sukses dengan dilupakan oleh teman sekolah ini. Tapi ternyata, hubunganku masih baik dengan 2 orang teman sekolah dan aku yakin bahwa seorang teman sejati adalah teman yang akan selalu mengingat dan membantuku di saat kondisi terpuruk. Dalam setahun gap year, mentalku terus tertekan. Aku mulai merasa tidak betah untuk tinggal di rumah sendiri. Aku mengalami masalah hubungan dengan salah satu saudara kandungku. Aku sering kali dibentak sangat keras dan kasar hingga direndahkan. Aku dibenci olehnya. Aku juga pernah digunjing dibelakang, tapi aku tak pernah menggunjingnya. Aku sering menangis sampai mama pun ikut menangis karena melihat kondisiku. Aku sering diam dan mengunci diri di dalam kamar. Seakan, aku tinggal di rumah dalam rumah. Aku juga marah, tapi aku hanya bisa melampiaskan amarah hanya kepada buku diary. Satu pelajaran penting yang harus selalu kupegang adalah jangan pernah membalas perilaku buruk dengan perilaku buruk yang serupa atau lebih. Walaupun, dikata benar bahwa doa orang yang terzalimi akan mudah terkabul. Tapi, gunakanlah kesempatan emas ini untuk mendoakan semua mimpi agar terkabul walau hati perih. Sejatinya, orang baik memiliki derajat yang lebih tinggi sehingga jangan sampai orang baik berperilaku sama dengan orang yang tidak baik. Di masa ini pula, muncul beberapa genggaman kata kepadaku untuk menyerah. Anak pesantren masuk PTN itu susah. Udah ngajar aja. Sungguh, aku tak akan pernah berhenti berjuang.
Selama 9 bulan masa pertama belajar kembali hingga akhir ujian SIMAK, menjadi masa gap year. Mungkin, aku bukan orang superior lainnya yang bisa menaklukan UTBK dan SIMAK dengan belajar sebulan, seminggu, atau 3 hari. Perlu diingat bahwa aku bukan berasal dari sekolah umum, SMA atau SMK, yang sudah belajar konsep dasar dari kelas 10, seperti Matematika dll. Bahkan, aku pernah menahan tangis ketika di kelas matematika bimbel karena aku belum mengerti konsep matematika SMP. Bahkan sampai gurunya berkata, "Femmy itu beda". Aku memang memulai persiapan ujian masuk PTN dari titik yang berbeda. Aku terus berusaha menghapal dan memahami semua materi pelajaran sendiri tapi juga dibantu oleh beberapa temanku lewat Line. Mungkin aku bisa dikata sebagai penganggu ketenangan beberapa temanku karena kadang aku menanya materi atau soal di waktu yang tidak pas, seperti ketika dia sedang mengikuti TO nasional. Tapi hebatnya temanku tidak pernah marah.
Usahaku tidak sia-sia, aku beberapa kali berhasil menyambet 20 besar nilai terbaik TO se-nasional yang diadakan oleh bimbelku. Tapi, strategi belajarku masih kurang efektif. Aku terlalu fokus belajar matematika dari titik terendah karena kekurangan terbesarku adalah matematika. Cara ini salah karena salah satu strategi terbaik dalam kompetensi adalah menonjolkan kelebihan bukan menutupi kekurangan. Aku terlalu fokus dengan matematika dan mengabaikan pelajaran lain hingga akhirnya aku masih keteteran ketika akan ujian. Sebenarnya, hingga SIMAK pun aku belum menguasai matematika. Aku terlalu membuang waktu. Kesalahan terbesarku selanjutnya adalah aku selalu menunda untuk latihan mengerjakan soal. Aku selalu fokus untuk menguasai materi dahulu baru latihan soal walaupun hasilnya aku tidak memiliki banyak waktu untuk latihan soal. Analoginya seperti Spongebob yang lebih fokus belajar teori mengemudi dan tidak mengimbanginya dengan latihan mengendarai kapal langsung sehingga ia masih gagal. Sama halnya dengan belajar, tanpa latihan, seperti latihan soal, perkembangan ilmu berjalan lambat atau menurun kalaupun cepat ia tidak memberi kesan yang mendalam.
Bersambung.....
Comentários