Bersabar akan kegagalan
Tidak selamanya
Tidak selamanya derajat sekolah menentukan derajat pendidikan di level selanjutnya. Disinilah sebuah pepatah "Nothing is impossible" benar-benar dapat diperhitungkan. Kau percaya dengan mimpi, begitu pula saya. Tidak ada seorang pun yang berhak menghakimi sebuah mimpi karena semua orang berhak bermimpi dan meraih mimpinya.
Tidak memberi umpan, tapi kail
Aku adalah alumni sebuah pesantren putri di Jawa Timur, tapi aku adalah warga daerah Jawa Barat. Ya, aku sudah merantau sejak SMP seorang diri di sekolah berasrama. Kurikulum yang diajarkan oleh sekolahku berbeda dengan kurikulum nasional. Hampir semua buku pelajaran yang diajarkan merupakan buku cetakan sendiri. Selama 6 tahun bersekolah di pesantren, aku tidak pernah mengenal sistem pendidikan di luar gerbang sekolah. Apalagi UN, SBMPTN, dan SNMPTN. Apa itu? Awalnya, aku tidak pernah peduli karena aku selalu menikmati hari-hariku di pesantren. Aku tidak pernah mengalami beban selain beban keseharian, seperti beban "Gimana persiapan untuk kuliah?" Entahlah, mungkin pemikiranku masih terlalu polos untuk berpikir sesuatu yang abstrak. Selama masih menjadi santriwati, aku seringkali mendengar beberapa pemimpin sekolah mengatakan sebuah pepatah yang berbunyi "Gontor tidak memberi umpan, tapi memberi kail". Aku tidak pernah paham maksud dari kalimat ini hingga lulus. Ya, aku baru memahaminya ketika aku sudah masuk ke dunia luar gerbang sekolah.
Gagal bukan pembunuh mimpi
Berat, memang, karena aku memulai dari 0 untuk terjun ke lingkungan masyarakat seutuhnya di mana anak-anak seumuranku, kelas 3 SMA, sudah mulai ahli mengenal lingkungan. Terutama, lingkungan pendidikan di Indonesia. Bahkan, mereka sudah memiliki bekal yang sangat cukup untuk melanjutkan pendidikan. Awal kisahku mengenal SBMPTN pertama kali lewat menguping pembicaraan teman angkatan dan aku hanya bisa bengong ga ngerti apa-apa. Bahkan, ketika temanku membawa buku SBMPTN yang tebal ke tempat masa Pengabdian, rentang setahun dari setelah lulus SMA tapi belum mendapatkan ijazah, aku malah takjub karena di dunia ini ternyata ada buku untuk persiapan mandiri SBMPTN (wow). Ketika masa itu, aku belum memiliki laptop sehingga untuk ikut belajar persiapan SBMPTN, aku menumpang di laptop orang. Aku ikut berdiskusi tentang kesempatan mengikuti Try Out Nasional persiapan SBMPTN dengan teman dan berakhir dengan aku kembali mematung seorang diri. Terlalu menyedihkan, tapi impianku sudah bulat untuk UI.
Tibalah di masa aku pindah tempat Pengabdian, Januari 2018. Disini, aku memiliki kesempatan untuk lebih mengenal SBMPTN, tapi masih kurang insiatif, seperti bertanya ke teman SD yang sudah lolos di ITB. Sebenarnya, aku sangat menyesal karena tidak pernah kepikiran untuk bertanya "Gimana sih SBMPTN itu?", "Apa strategi untuk lulus SBMPTN?", "Gimana belajar yang paling efektif untuk bisa lolos ujian?", dll sejak dini mungkin. Aku terlalu terpaku dengan diri sendiri dan lupa bahwa aku masih memiliki beberapa bantuan di luar diri. Aku mulai mengenal kisi-kisi untuk SBMPTN itu dari buku-buku di Gramed, bukan internet karena aku masih bingung mencari keywords yang pas untuk mencari lewat Google. Kebetulan, saat itu aku sangat terkejut dan takjub sehingga aku langsung mencatatnya di berbagai media yang dibawa seperti kertas dan tisu. Waktu itu, aku belum mengenal sistem notes di HP, mungkin karena aku besar di pesantren tanpa HP sehingga aku belum terlalu familiar dengan berbagai aplikasi android. Walaupun aku sudah memiliki buku persiapan SBMPTN yang tebal, aku masih merasa kurang karena aku butuh memahami konsep dasar seperti yang diajarkan di SMA. Buku yang aku beli hanya memuat rangkuman pelajaran dan aku kesulitan mencari bahan belajar yang memuat semua konsep dasar seperti yang ada di buku ajar SMA. Semuanya sangat asing. Bahkan, aku sangat kesulitan memahami tipe soal SBMPTN. Aku cuman memahami tipe soal ABC, tapi tidak memahami tipe soal lainnya, seperti soal sebab-akibat dan soal dengan pilihan 1234. Setiap kali aku belajar latihan soal SBMPTN, aku selalu berpikir ketika bertemu dengan tipe soal sebab-akibat dan 1234 bahwa "Ah ini bukunya salah cetak. Masa pilihan jawabannya ga ada. Terus ko di kunci jawaban, jawabannya bisa A/B/C/D sih". Akibatnya, ketika aku mengikuti TO nasional yang diadakan sebulan sebelum SBMPTN, aku kewalahan. Ketika itu, aku masih bertanya "Kode jurusan itu apa?" dan aku mengikuti kode orang ketika disuruh untuk mengisinya di LJK. Aku gemeteran ketika baru memegang LJK karena takut salah mengisi. Aku baru mengenal LKJ kembali setelah 6 tahun berlalu. Selain itu, aku baru benar-benar percaya kalo buku SBMPTN ternyata tidak salah cetak (wow). Tapi, aku tetap tidak tahu cara menjawabnya dan aku takut bertanya ke orang sebelah karena takut dikata "menyontek". Akhirnya, aku hanya menjawab mengikuti insting+imajinasi tanpa melihat soal. Mungkin orang lain akan berkata, "Apa gunanya ikut ujian kalo akhirnya malah latihan mewarnai bulat".
Tiba saatnya aku mengikuti ujian SBMPTN pertama. Sesuai yang diduga, aku tidak lolos. Padahal aku sudah berjuang keras sampai membawa buku SBMPTN yang tebal ke lokasi ujian (bukan ruang ujian). Tapi, perjuanganku jangan sampai berakhir walaupun dengan modal belum memadai. Aku tidak mengikuti SIMAK taun itu karena aku baru tau adanya SIMAK setelah ujiannya berakhir. Aku terus mengikuti ujian mandiri UGM sampai harus ke Jogja sendiri dengan kereta api. Itu adalah pengalaman pertama aku naik kereta jarak jauh sendiri dalam hidup. Sangat tegang, tegang karena sendiri dan tegang belum siap apa-apa untuk ujian. Selama perjalanan, aku terus berusaha membaca catatan walaupun aku tahu bahwa aku mabuk perjalanan. Masa menunggu hari ujian, aku terus belajar dan latihan matematika walaupun aku masih sulit untuk hapal karena aku belum paham konsep dasar. Akhirnya, aku gagal lagi. Seterusnya, aku mengikuti ujian mandiri UNDIP, tapi aku tidak mindfulness ketika itu karena jiwaku lebih ingin berkuliah di PTN lain. Seperti yang sudah diduga, aku gagal lagi. 3x gagal dalam setahun tetap tidak memudarkan semangat. Aku masih bermimpi untuk UI.
Bersambung....
Comments